a. Definisi
Analytical
Hierarchy Process (AHP). Diikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada
tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model
pengambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir
manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa
dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP
merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks
dan tidak terstruktur ke dalam kelompok – kelompoknya,
dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki, kemudian memasukkan
nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan
relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang
mempunyai prioritas tertinggi.
Menurut
Badiru (1995), AHP merupakan suatu pendekatan praktis untuk memecahkan
masalah keputusan kompleks yang meliputi perbandinagn alternatif.AHP juga
memungkinkan pengambilankeputusan menyajikan hubungan hierarki antara
faktor, atribut, karakteristik atau alternative dalam lingkungan
pengambilan keputusan. Dengan cirri – ciri khusus, hierarki yang
dimilikinya, masalah kompleks yang tidak terstruktur dipecahkan dalam
kelompok -kelompoknya.
Dalam
menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahamidiantaranya adalah : decomposition,comparative judgment,
synthesis of priority, dan logicalconsistency.
b. Prinsip
AHP
1. Decomposition (Penyusunan
Hirarki).
Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur – unsurnya. Jika
ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur – unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehinggadidapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini,
maka proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy). Ada 2
(dua) jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki
lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidakdemikian dinamakan
hierarki tak lengkap.
2. Comparative
Judgement (Penilaian Perban- dingan Berpasangan.
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative
2 (dua) elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat
di atasnya.Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh
terhadap prioritas elemen – elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak
lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan
matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan
dalam penyusunan skala kepentingan adalah :
a. Elemen
mana yang lebih (penting/disuka/…) ?
dan
b.
Berapa kali lebih (penting/disuka …) ?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan 2 (dua)
elemen seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh
tentang elemen – elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria
atau tujua yang dipelajari.
3. Sintesa
Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal
dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan
menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria.
Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level
terendah sesuai dengan kriterianya.
c. Langkah dan Prosedur AHP.
Buchara (2000) mejelaskan bahwa
secara umum, langkah – langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk
memecahkan suatu masalah adalah sebagai berikut :
1. Mendefenisikan
permasalahan dan menentukan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif
atau menyusun prioritas alternatif, maka tahap ini dilakukan pengembangan
alternatif.
2. Menyusun masalah ke
dalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat
ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Menyusun
prioritas untuk tiap elemen masalah pada setiap hierarki. Prioritas ini
dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antara seluruh elemen
pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian
konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang
didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung
data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan
metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan
dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya
konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka
diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya
maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b)
1. Struktur yang berhierarki
sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub
kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas
sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang
dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output
analisis sensitivitas
pengambilan
keputusan.
1. Ketergantungan
model AHP pada input utamanya.
Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika
ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2.
Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
5. Metode
IRR
6. Metode
NPV
7. Metode
FMADM
Fuzzy
Multiple Attribute Decission Making adalah suatu metode yang digunakan
untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria
tertentu
8. Metode
SAW
Metode SAW
sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar
metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap
alternatif pada semua attribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi
matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua
rating alternatif yang ada.
6. Contoh
Kasus
Kasus yang dibahas ini adalah pemilihan ponsel masa
kini yang terbaik dari berbagai brand ternama. Antara Nokia, Samsung,
SonyEricson.
Dasar
Penentuan Kriteria.
Penentuan
kriteria-kriteria dalam SPPK ini didasarkan pada hal-hal yang sekiranya sangat
berpengaruh dalam sebuah telepon seluler (ponsel) baik hardware, teknologi,
software maupun jaringan. Pada setiap kriteria diberikan bobot yang
berbeda-beda karena setiap kriteria memiliki pengaruh yang dominan atau tidak
dalam spesifikasi sebuah ponsel,berikut penjelasan setiap kriteria :
1. Fitur.
Meliputi
: kamera
musik
ketajaman warna
layar
internet mobile dll.
Sistem
Operasi diberikan bobot sebanyak 15%.
2. Teknologi.
Meliputi
: Touch screen
Touch Pad
Teknologi
diberikan bobot sebanyak 5%.
3. Harga.
Meliputi
: Low End
High End
Harga
diberikan bobot sebanyak 20%.
a. Yang pertama kali dilakukan
adalah Menentukan bobot kriteria mana
yang paling
penting, yang dalam terminologi AHP
disebut pair-wire comparation
Harga
4 kali lebih penting dari Teknologi
Harga
1,5 kali lebih penting dari fitur
Fitur
3 kali lebih penting dari teknologi.
Selanjutnya
hasil pair-wire comparation diatas akan dibuat tabulasinya,
yang dalam istilah AHP disebut sebagai pair comparation matrix.
Pair
comparation matrix
|
||||
Kriteria
|
Harga
|
Fitur
|
Teknologi
|
Priority
Vector
|
Harga
|
1
|
1,5
|
4
|
0,5143
|
fitur
|
0,7
|
1
|
3
|
0,3620
|
teknologi
|
0,25
|
0,33
|
1
|
0,1232
|
Jumlah
|
1,95
|
2,83
|
8
|
0,9995
|
Pricipal
Eigen Value (max)
|
3,0
|
|||
Consistency
Index (CI)
|
0
|
|||
Consistency
Ratio (CR)
|
0,0%
|
Keterangan :
Jumlah merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada
baris diatasnya dalam satu kolom.
Priority Vector merupakan hasil
penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah
terlebih dahulu dibagi dengan jumlah yang
ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
Angka 3 diperoleh dari jumlah kriteria yaitu harga, fitur dan teknologi.
Priority vector = 0,5143 diperoleh dari
perhitungan (1/1,95+1,5/2,83+4/8) * 1/3
Priority vector = 0,3620 diperoleh dari perhitungan
(0,7/1,95+1/2,83+3/8) * 1/3
Priority vector= 0,3620 diperoleh dari
perhitungan(0,25/1,95+0,33/2,83+1/8)*1/3
Prioity Vector menunjukan bobot dari masing-masing
kriteria, jadi dalam hal ini harga merupakan bobot tertinggi/terpenting dalam
pemilihan ponsel, disusul fitur dan yang terakhir adalah teknologi.
Setelah mendapatkan bobot untuk setiap kriteria
(yang ada pada kolom Priority Vector), maka selanjutnya mengecek
apakah bobot yang dibuat konsisten atau tidak. Untuk hal ini, yang
pertama yang dilakukan adalah menghitung Pricipal Eigen Value (max) matrix.
Principal Eigen Value (max) matrix perhitungannya dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara
jumlah dan priority vector.
Principal Eigen Value (max) =
(1,95×0.5143)+(2,83×0,3620)+(8×0.1232)=3,0
Menghitung
Consistency Index (CI) dengan rumus
CI =
(max-n)/(n-1), untuk n = 3
CI= (3,0-3)
/ (3-1) = 0, CI sama dengan nol berarti
pembobotan yang dilakukan sangat konsisten
Menghitung
Consistency Ratio (CR) diperoleh dengan
rumus CR=CI/RI, nilai RI bergantung pada jumlah kriteria seperti pada tabel
berikut:
n
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
RI
|
0
|
0
|
0,58
|
0,9
|
1,12
|
1,24
|
1,32
|
1,41
|
1,45
|
1,49
|
Jadi untuk
n=3, RI=0.58.
CR=CI/RI = 0/5,8 = 0,0
Jika hasil
perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak
konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak
bisa diterima.
b. Yang ke dua memberi penilaian terhadap ponsel ,
disebut pair-wire comparation.
- Memberikan
penilaian bobot harga :
Samsung
harganya 4 kali lebih murah dari Nokia
Samsung
harganya 3 kali lebih murah dari Sony ericson
Nokia
harganya 1/2 kali lebih murah dari Sony ericson.
Pair
wire comparation :
Pair
comparation matrix
|
||||
Kriteria
|
Samsung
|
Nokia
|
sonyericson
|
Priority
Vector
|
Samsung
|
1
|
4
|
3
|
0,6232
|
Nokia
|
0,25
|
1
|
0,5
|
0,3333
|
Sony
ericson
|
0,33
|
2
|
1
|
0,2332
|
Jumlah
|
1,5833
|
7
|
4,5
|
1,1897
|
Pricipal
Eigen Value (max)
|
3,02
|
|||
Consistency
Index (CI)
|
0,1
|
|||
Consistency
Ratio (CR)
|
2,0%
|
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling murah adalah
samsung dengan skor 0,6232 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony ericson
dengan skor 0,2332.
Nilai CI adalah 0,1 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
karena nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa
diterima.
- Memberikan penilaian bobot fitur
Kelengkapan Fitur Samsung ½ kali dari Nokia
Kelengkapan Fitur Samsung 2 kali dari Sony Ericson
Kelengkapan Fitur Nokia 3 kali dari Sony Ericson
Pair-wire comparation :
Pair
comparation matrix
|
||||
Kriteria
|
Samsung
|
Nokia
|
sonyericson
|
Priority
Vector
|
Samsung
|
1
|
0,5
|
2
|
0,3645
|
Nokia
|
2
|
1
|
3
|
0,3333
|
Sony
ericson
|
0,5
|
0,33
|
1
|
0,3332
|
Jumlah
|
3,2
|
1,83
|
6
|
1,0310
|
Pricipal
Eigen Value (max)
|
3,76
|
|||
Consistency
Index (CI)
|
0,38
|
|||
Consistency
Ratio (CR)
|
0,06%
|
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling lengkap
fiturnya adalah samsung dengan skor 0,3645 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333
dan sony ericson dengan skor 0,332.
Nilai CI adalah 0,38 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten
,tetapi karena nilai CR=0,06% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan
masih bisa diterima.
- Memberikan
penilaian bobot teknologi
Kecanggihan
Teknologi Samsung 1/3 dari nokia
Kecanggihan
teknologi Samsung 2 kali dari sony Ericson
Kecanggihan
teknologi nokia 3 kali dari sony Ericson
Pair-wire
comparation :
Pair
comparation matrix
|
||||
Kriteria
|
Samsung
|
Nokia
|
sonyericson
|
Priority
Vector
|
Samsung
|
1
|
0,33
|
2
|
0,3332
|
Nokia
|
3,03
|
1
|
3
|
0,9998
|
Sony
ericson
|
0,5
|
0,33
|
1
|
0,3332
|
Jumlah
|
4,53
|
1,66
|
6
|
1,6662
|
Pricipal
Eigen Value (max)
|
5,16
|
|||
Consistency
Index (CI)
|
1,08
|
|||
Consistency
Ratio (CR)
|
0,36%
|
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling canggih
teknologinya adalah Nokia dengan skor 0,9998 ,disusul Samsung dan sony ericson
dengan skor 0,3332.
Nilai CI adalah 1,08 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten
,tetapi karena nilai CR=0,36% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan
masih bisa diterima.
c. Tahap ke tiga Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga
kriteria, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga
ponsel.
Semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight.
Overall
composite weight :
Overall
composite weight
|
weight
|
Samsung
|
Nokia
|
Sony Ericson
|
Harga
|
0,5143
|
0,6232
|
0,3333
|
0,2332
|
Fitur
|
0,3620
|
0,3645
|
0,3333
|
0,3332
|
Teknologi
|
0,1232
|
0,3332
|
0,9998
|
0,3332
|
Composite
Weight
|
0,4934
|
0,4151
|
0,2715
|
Weight diambil dari kolom Priority
Vektor dalam matrix kriteria.
Kolom (Samsung, Nokia, Sony Ericson)
diambil dari kolom priority vectir ketiga matrix harga, fitur, teknologi.
Composite weight diperoleh
dari hasil jumlah perkalian diatasnya dengan weight.
- Samsung =
0,5143.0,6232+0,3620.0,3645+0,1232.0,3332 = 0,4934
- Nokia = 0,5143.0,3333+0,3620.0,3333+0,1232.0,9998
= 0,4151
- Sony Ericson = 0,5143.0,2332+0,3620.0,3332+0,1232.0,3332
= 0,2715
Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa Samsung mempunyai skor paling tinggi yaitu 0,4934 , kemudian
Nokia dengan skor 0,4151 dan paling bawah Sony Ericson 0,2715. Sehingga Ponsel
yang paling baik dan dipilih adalah ponsel brand Samsung.
Posting Komentar